Hey guys terimakasih sudah berkunjung, kali ini mascaming akan membahas dan memberikan informasi kepada kalian semua tentang adat, tradisi atau budaya yang ada di indonesia seperti artikel sebelumnya Tradisi memanjangkan telinga suku dayak di kalimantan
Kali ini mascaming akan bahas sebuah tradisi yang ada di tanah banyuwangi tepatnya di jawa timur, tradisinya bernama KEBO - KEBOAN DAN KEBOAN`
Jadi kebo-keboan ini guys adalah ritual adat Tradisi dari dua desa yang berbeda di banyuwangi, yaitu Desa Alas Malang dan Desa Aliyan.
Di setiap desa tersebut memberikan nama atau sebutan tradisi yang berbeda guys, seperti misalnya Desa Aliyan menyebut ritual ini dengan nama "KEBOAN" sementara desa Alas Malang Menyebutnya " KEBO - KEBOAN" .
Mungkin dari kalian pasti mikir bahwa kebo ( kerbau ) akan di arak, tidak begitu guys.
Jadi bukan hewan kerbau yang meramaikan tradisi ini, melainkan para petani atau siapapun yang berdandan layaknya kebo.
Nah para petani ini memakaikan aksesoris yang biasa kerbau pakai seperti lonceng,tandung, dan pembajak dengan tubuh bernuansa hitam.
Ritual kebo-keboan ini biasa di laksanakan oleh masyarakat banyuwangi berdasarkan kelender kuno atau tepatnya pada “Bulan assura” saja.
Sejararah mengapa tradisi ini mulai ada di tanah banyuwangi itu karena pada zaman dahulu, pada musim pagebluk dan hama padi yang menyerang desa yang bernama alas malang, selain itu banyak juga warga sekitar yang terkena penyakit hingga meninggal dengan tragis.
Kemudian seorang sesepuh setempat atau desa yang bernama mbah karti berinisiatip untuk melakukan meditasi di sebuah bukit. Meditasinya pun tak sia-sia, mbah karti berhasil mendapatkan wangsit atau petunjuk bahwa semua warga harus melaksanakan selamatan dan melakukan suatu ritual adat yang dinamainya kebo-keboan, otomatis semua warga pun menuruti sesepuh desa tersebut untuk segera melaksanakan selamatan dan ritual kebo-keboan.
Pada akhirnya semua hama dan warga alas malang telah sembuh dari penyakit, dan tradisi yang di berikan mbah karti telah turun-temurun di lakukan sampai sekarang.
Tradisi ini dilaksanakan para warga biasanya pada hari minggu di bulan assura kalender jawa antara tanggal 1 sampai 10, mengapa hari minggu ? agar semua warga satau masyaratakat dapat mengikuti dan merayakan atau mengikuti kegiatan upacara adat kebo-keboan, dan mereka menganggap bahwa bulan assura adalah bulan kramat maka pada bulan inilah tradisi kebo-keboan di laksanakan.
Beberapa persiapan atau serangkaian acara akan dilaksanakan sejak 1 minggu sebelum acara puncak di mulai, biasanya kegiatan ini melibatkan seluruh warga untuk bergotong royong membersihkan lingkungan,rumah, dan tempat acara.
Barulah 1 hari sebelum acara giliran para ibu-ibu menyiapkan atau membuat tumpeng dan sesajen seperti tumpeng,peras,kinang,air kendi,aneka jenang,ingkung ayam, dan mempersiapkan para bungkil,singkal atau pembajak,beras,cangkul,pisang,pitung tawar,bibit tanaman pagi dan kelapa.
Semua persiapan tersebut akan digunakan sebagai selamatan juga, serta beberapa sesajen akan di tempatkan di perempatan jalan di dusun krajan.
Bukan hanya para ibu-ibu loh yang ikut andil dalam persiapan rangkaian acara, para pemuda desa pun ikut membantu seperti mempersiapkan tanaman palawija seperti ketela pohon, pisang, tebu, jagung, pala kesimpar , pala gemantung dan pala kependem.
Semua tanaman yang sudah di persiapkan nantinya akan di tanam di sepanjang jalan dusun Krajan oleh para pemuda.
Jika sudah siap dan rangkaian sudah selesai, barulah tradisi kebo-keboan ini akan di mulai, acaranya sendiri biasa di laksanakan pada pagi hari dengan rangkaian seremonial dari para panitia dan tidak lupa melakukan doa bersama dengan tumpeng berjumlah 12, yang memiliki arti perputaran roda kehidupan manusia adalah 12 jam sehari dan 12 jam semalam.
Kemudian para warga melaksanakan ider bumi atau arak-arakan kerbau yang berkeliling kampung sampai berhenti di patahunan atau persawahan.
Di barisan depan iring – iringan kerbau kan berdiri sosok dewi sri ( Dewi Padi ) sambil membawa benih padi untuk disebarkan di sawah nantinya.
Setelah sampai di persawahan dan dewi sri sudah menyebarkan benih padi, barulah seluruh penonton yang hadir akan berhadapan dengan kebo-keboan yang tidak sadarkan diri atau seperti kerasukan oleh sang pawang.
Kerbau yang telah tidak sadarkan diri itu akan menganggap semua penonton yang ingin berebut benih adalah sebagai pengganggu dirinya.
Kemudian tugas para penonton harus merangsek masuk dan berebut benih, tapi tidak semudah itu karena para kebo-keboan akan menggangu para penonton dan jika marah maka akan dilempar kekubangan sawah dengan lumuran lumpur di sekujur tubuhnya.
Bagi penonton yang berhasil mendapatkan hasil padi yang mereka ambil, maka benih – benih padi ini di percaya akan membawa keberkanan dan mendapatkan hasil padi saat panen yang berlimpah.
Jika semua sudah terlaksanaa dengan baik, barulah seluruh rangkaian akan di tutup dengan pagelaran wayang kulitdi tempat yang sama dengan memerankan dewi Sri atau Dewi Padi pada malam harinya.
Kali ini mascaming akan bahas sebuah tradisi yang ada di tanah banyuwangi tepatnya di jawa timur, tradisinya bernama KEBO - KEBOAN DAN KEBOAN`
Jadi kebo-keboan ini guys adalah ritual adat Tradisi dari dua desa yang berbeda di banyuwangi, yaitu Desa Alas Malang dan Desa Aliyan.
Di setiap desa tersebut memberikan nama atau sebutan tradisi yang berbeda guys, seperti misalnya Desa Aliyan menyebut ritual ini dengan nama "KEBOAN" sementara desa Alas Malang Menyebutnya " KEBO - KEBOAN" .
Mungkin dari kalian pasti mikir bahwa kebo ( kerbau ) akan di arak, tidak begitu guys.
Jadi bukan hewan kerbau yang meramaikan tradisi ini, melainkan para petani atau siapapun yang berdandan layaknya kebo.
![]() |
kebo-keboan |
Ritual kebo-keboan ini biasa di laksanakan oleh masyarakat banyuwangi berdasarkan kelender kuno atau tepatnya pada “Bulan assura” saja.
Sejararah mengapa tradisi ini mulai ada di tanah banyuwangi itu karena pada zaman dahulu, pada musim pagebluk dan hama padi yang menyerang desa yang bernama alas malang, selain itu banyak juga warga sekitar yang terkena penyakit hingga meninggal dengan tragis.
Kemudian seorang sesepuh setempat atau desa yang bernama mbah karti berinisiatip untuk melakukan meditasi di sebuah bukit. Meditasinya pun tak sia-sia, mbah karti berhasil mendapatkan wangsit atau petunjuk bahwa semua warga harus melaksanakan selamatan dan melakukan suatu ritual adat yang dinamainya kebo-keboan, otomatis semua warga pun menuruti sesepuh desa tersebut untuk segera melaksanakan selamatan dan ritual kebo-keboan.
Pada akhirnya semua hama dan warga alas malang telah sembuh dari penyakit, dan tradisi yang di berikan mbah karti telah turun-temurun di lakukan sampai sekarang.
Tradisi ini dilaksanakan para warga biasanya pada hari minggu di bulan assura kalender jawa antara tanggal 1 sampai 10, mengapa hari minggu ? agar semua warga satau masyaratakat dapat mengikuti dan merayakan atau mengikuti kegiatan upacara adat kebo-keboan, dan mereka menganggap bahwa bulan assura adalah bulan kramat maka pada bulan inilah tradisi kebo-keboan di laksanakan.
Beberapa persiapan atau serangkaian acara akan dilaksanakan sejak 1 minggu sebelum acara puncak di mulai, biasanya kegiatan ini melibatkan seluruh warga untuk bergotong royong membersihkan lingkungan,rumah, dan tempat acara.
![]() |
upacara adat kebo keboan |
Semua persiapan tersebut akan digunakan sebagai selamatan juga, serta beberapa sesajen akan di tempatkan di perempatan jalan di dusun krajan.
Bukan hanya para ibu-ibu loh yang ikut andil dalam persiapan rangkaian acara, para pemuda desa pun ikut membantu seperti mempersiapkan tanaman palawija seperti ketela pohon, pisang, tebu, jagung, pala kesimpar , pala gemantung dan pala kependem.
Semua tanaman yang sudah di persiapkan nantinya akan di tanam di sepanjang jalan dusun Krajan oleh para pemuda.
Jika sudah siap dan rangkaian sudah selesai, barulah tradisi kebo-keboan ini akan di mulai, acaranya sendiri biasa di laksanakan pada pagi hari dengan rangkaian seremonial dari para panitia dan tidak lupa melakukan doa bersama dengan tumpeng berjumlah 12, yang memiliki arti perputaran roda kehidupan manusia adalah 12 jam sehari dan 12 jam semalam.
Kemudian para warga melaksanakan ider bumi atau arak-arakan kerbau yang berkeliling kampung sampai berhenti di patahunan atau persawahan.
Di barisan depan iring – iringan kerbau kan berdiri sosok dewi sri ( Dewi Padi ) sambil membawa benih padi untuk disebarkan di sawah nantinya.
Setelah sampai di persawahan dan dewi sri sudah menyebarkan benih padi, barulah seluruh penonton yang hadir akan berhadapan dengan kebo-keboan yang tidak sadarkan diri atau seperti kerasukan oleh sang pawang.
Kerbau yang telah tidak sadarkan diri itu akan menganggap semua penonton yang ingin berebut benih adalah sebagai pengganggu dirinya.
Kemudian tugas para penonton harus merangsek masuk dan berebut benih, tapi tidak semudah itu karena para kebo-keboan akan menggangu para penonton dan jika marah maka akan dilempar kekubangan sawah dengan lumuran lumpur di sekujur tubuhnya.
Bagi penonton yang berhasil mendapatkan hasil padi yang mereka ambil, maka benih – benih padi ini di percaya akan membawa keberkanan dan mendapatkan hasil padi saat panen yang berlimpah.
Jika semua sudah terlaksanaa dengan baik, barulah seluruh rangkaian akan di tutup dengan pagelaran wayang kulitdi tempat yang sama dengan memerankan dewi Sri atau Dewi Padi pada malam harinya.
Komentar
Posting Komentar