KARAPAN SAPI merupakan istilah atau sebutan dari perlombaan pacuan sapi, karapan sapi berasal dari madura, jawa timur.
Pada kegiatan perlombaan sepasang sapi yang akan sekuat tenaga menarik kereta yang terbuat dari kayu, kereta ini akan di tumpaki joki yang harus mengalahkan peserta lain.
Biasanya lintasan bagi para pembalap ini berjarak sekitar 100 meter, dan waktu untuk mencapai di garis finis biasanya di butuhkan waktu sekitar 10 detik sampai 1 menit.
Penyelenggaraan karapan sapi biasa jatuh pada bulan agustus dan september rutin setiap tahun, dan puncak acara atau final akan di laksanakan pada akhir september atau oktober.
Biasanya event ini untuk memperebutkan piala bergilir presiden, namun pada november 2013 silam piala presiden berganti menjadi piala gubernur.
Sejarah mencatat awal mula adanya tradisi karapan sapi ini mengacu pada lahan pertanian di madura yang kurang subur, dan saat itu sampai para petani sawah berdalih profesi menjadi nelayan untuk yang berada di daerah pesisir dan sebagian beternak sapi sekaligus kadang membajak sawah atau ladang.
Pada kegiatan perlombaan sepasang sapi yang akan sekuat tenaga menarik kereta yang terbuat dari kayu, kereta ini akan di tumpaki joki yang harus mengalahkan peserta lain.
Biasanya lintasan bagi para pembalap ini berjarak sekitar 100 meter, dan waktu untuk mencapai di garis finis biasanya di butuhkan waktu sekitar 10 detik sampai 1 menit.
Penyelenggaraan karapan sapi biasa jatuh pada bulan agustus dan september rutin setiap tahun, dan puncak acara atau final akan di laksanakan pada akhir september atau oktober.
Biasanya event ini untuk memperebutkan piala bergilir presiden, namun pada november 2013 silam piala presiden berganti menjadi piala gubernur.
![]() |
bisniswisata.co.id |
Namun ketika seorang ulama sumenep yang bernama syeh ahmad baidawi atau biasa di juluki pangeran katandur ini memperkenalkan cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang mambu atau biasa di kenal oleh masyarakat madura nanggala atau salaga yang ditarik oleh sapi berjumlah dua ekor. Adapun maksud awal mengapa di adakan karapan sapi adalah semata-meta untuk mencari dan memperoleh sapi-sapi yang kuat sehingga layak untuk membantu para petani untuk membajak sawah. Sehingga para petani ini akan seperti berlomba-lomba untuk merawat sapi dengan baik dan cepat agar pada saat musim panen pekerjaan para petani akan menjadi lebih mudah. Barulah saat musim panen akan berakhir para sapi ini akan di bawa ke arena pacuan untuk berlomba, sebelum mereka biasanya sang pemilik akan mengajak sapinya untuk berkeliling arena dan di iringi dengan musik yang bernama saronen.
Setiap karapan ada aturannya, pelaksanaan karapan sapi akan di bagi dalam empat babak pertandingan yaitu
- - Babak pertama semua sapi yang ikut serta akan di adu tingkat kecepatannya dalam dua pasang dan nantinya akan memisahkan sehingga terbentuk kelompok yang menang dan kalah. Pada babak awal ini semua sapi yang memenangkan pertandingan atau yang kalah dapat bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya.
- - Babak kedua masih dengan tujuan yang sama yaitu pemilihan kelompok sapi , sapi yang berada di kelompok menang akan bertanding kembali demikian pula pada kelompok yang kalah. Pada seri ini semua pasangan sapi dari kelompok kalah dan menang tidak dapat bertanding lagi kecuali sapi-sapi yang berada di puncak klasemen akan di pertandingkan kembali pada babak selanjutnya.
- - Pada babak semi final ini semua sapi di masing-masing kelompok yang menang akan di adu kembali untuk penentuan tiga sapi yang terbaik dari kelompok yang kalah dan menang.
- - Pada babak ke empat atau final, di adakan untuk menentukan juara 1 2 dan 3 dari kelompok kalah.
Untuk semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan ini, memuliki tugas masinng-masing diantaranya;
(1) pemilik sapi pacuan
(2) tukang tongko (orang yang bertugas mengendalikan sapi pacuan di atas kaleles)
(3) tukang tambeng (orang yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas)
(4) tukang gettak (orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba dapat melesat dengan cepat)
(5) tukang tonja (orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi)
(6) tukang gubra (anggora rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi pacuan).
ARTIKEL SEBELUMNYA : hewan yang belum di ketahui banyak orang dan mempunyai keunikan
TRADISI DAN ADAT LAINNYA : tradisi makepung adu balap kerbau di jembrana bali
Sedikit catatan dari sumber wikipedia ;
Karapan sapi dikritik berbagai pihak seperti Majelis Ulama Indonesia dan pemerintah daerah di Madura karena tradisi kekerasan rekeng yang dilakukan pemilik sapi. MUI Pamekasan sudah memfatwakan haram mengenai tradisi rekeng karena dinilai menyakiti sapi, dan Gubernur Jawa Timur melalui Instruksi Gubernur sudah menyatakan pelarangan tradisi rekeng. Namun tradisi ini masih berlanjut di kalangan pelaku karapan sapi.
Namun tradisi tetaplah tradisi yang harus tetap di jaga sampai anak cucu turun temurun, namun dengan aturan yang sesuai dan tetap pada landasan norma maupun agama.
Komentar
Posting Komentar